Kamis, 22 Desember 2011

Askep Striktur Uretra

ASUHAN KEPERAWATAN STRIKTUR URETRA


A.  DEFINISI
Berkurangnya diameter atau elastisitas uretra akibat digantinya jaringan uretra dengan jaringan ikat yang kemudian mengerut sehingga lumen uretra mengecil. (Kapita Selekta Kedokteran, 336)
- Penyempitan uretra karena fibrosis pada dindingnya disebabkan karena dindingnya mengalami fibrosis dan pada tingkat yang lebih parah terjadi fibrosis korpus spongrosum. (Dasar-Dasar Urologi, 125)
- Striktur uretra adalah penyempitan uretra karena berkurangnya diameter dan atau elastisitas uretra akibat digantinya jaringan uretra dengan jaringan ikat yang kemudian mengerut. http:// .infomedika.t35.com/artikel_arsip/artikel_15.php

B.  ANATOMI
Traktus urinarius terdiri atas kaliks mayor dan minor, pelvis renalis,  ureter,  vesica urinaria dan uretra. Uretra merupakan suatu saluran  fibromuscular yang dilalui oleh urin yang  mengalir keluar dari vesica  urinaria. Saluran ini menutup apabila kosong.
Uretra pada wanita adalah suatu saluran yang pendek dari vesica urinaria ke  ostium uretra eksternal. Panjang 4 cm, terletak di bagian anterior vagina.  Muaranya disebut ostium uretra eksternal, berada dalam vestibulum vagina, di  ventralis dari ostium vagina, di antara kedua ujung anterior labia minora.  Berjalan melalui diafragma pelvis dan diafragma urogenital.
Uretra pada pria termasuk kelenjar prostat, diafragma urogenital, korpus  kavernosum uretra sampai bagian akhir glans penis. Mempunyai ukuran  sepanjang 20 cm, terbagi atas uretra anterior dan uretra posterior.
Uretra anterior merupakan bagian uretra pria yang memanjang dari bulbus ke  meatus di puncak glans penis, menembus korpus kavernosum. Bagian ini terdiri  dari tiga bagian yaitu bagian bulbus, pendulous, dan paling distal, bagian  glandular. Sedangkan uretra posterior merupakan bagian uretra yang berjalan  dari vesica urinaria ke bulbus, dan terdiri dari pars membranous dan pars  prostatika.
Pars prostatika berjalan menembusi prostat, mulai dari basis prostat  sampai apeks  prostat dengan panjang kira-kira 3 cm. 10 Bagian distal dari  uretra pars prostatika sedikit lebih lebar daripada proksimal.
Pars membranous berada di antara lapisan diafragma urogenital.  Merupakan  bagian yang terpendek dan tersempit, serta kurang mampu  berdilatasi. Memiliki  panjang kira-kira 1-2 cm.
Pars kavernous berada di dalam korpus kavernosum penis, berjalan di dalam  bulbus penis, korpus penis sampai ke glans penis panjang kira-kira 15 cm.

saluran kemih pria  saluran kemih wanita

C.  ETIOLOGI
Striktur uretra dapat disebabkan karena suatu infeksi, trauma pada uretra  dan  kelainan bawaan.
Infeksi uretra yang paling sering menimbulkan striktur uretra adalah  infeksi oleh  kuman gonokokus yang telah menginfeksi uretra beberapa  tahun sebelumnya.  Trauma yang menyebabkan striktur uretra adalah  trauma tumpul pada  selangkangan (straddle injury), fraktur tulang pelvis,  instrumentasi pada uretra  kongenital, uretritis gonore atau non gonore, ruptur  uretra anterior atau posterior  secara latrogenik maupun bukan. Saat ini  trauma merupakan penyebab tersering  striktur uretra.
Pada wanita umumnya disebabkan karena radang kronis dan menyerang  pada  usia diatas 40 tahun.
Pembedahan terbuka atau endoskopik . Prosedur bedah yang melibatkan uretra dapat menghasilkan striktur. Walaupun jarang, pemasangan kateter juga dapat menyebabkan striktur.





D.  PATOLOGIS
Striktur uretra terjadi setelah perlukaan pada urotelium atau korpus spongiosum yang menyebabkan pembentukan jaringan parut.
Fase dekompensasi yang timbul pada saat vesica urinaria berkontraksi menimbulkan residu urin yang memudahkan terjadinya infeksi.

E.  PATOFISIOLOGI
Proses radang akibat trauma atau infeksi pada uretra akan menyebabkan terbentuknya jaringan sikatrik pada uretra.
Rangkaian patologi yang terjadi disekitar uretra :

Proses radang akibat trauma/infeksi pada uretra.

Jaringan sikatriks dinding uretra (striktur uretra)

Hambatan aliran urine

Urine mencari jalan lain untuk keluar

Mengumpul di suatu tempat diluar uretra(periuretra)

Jika terinfeksi timbul abses periuretra, yang kemudian pecah

Fistula uretrokutan

Fistula multipel memberi gambaran seperti seruling

Pada keadaan ini, kandung kemih harus berkontraksi lebih kuat hingga sampai pada suatu saat kemudian akan melemah, otot kandung kemih semula menebal sehingga terjadi trebekulasi pada fase kompensasi. Kemudian timbul sakulasi (penonjolan mukosa masih dalam otot dan divertikel/menonjol keluar) pada fase dekompensasi sehingga timbul residu urine yang memudahkan terjadinya infeksi. Tekanan dalam kandung kemih yang tinggi akan menyebabkan refluks sehingga urine masuk kembali ke ureter, bahkan sampai keginjal dan dapat menyebabkan pielonefritis akut atau kronik dan kemudian menyebabkan gagal ginjal.

Striktur uretra dibagi 3 tingkatan :
1. Ringan : jika oklusi yang terjadi kurang dari 1/3 diameter lumen uretra.
2. Sedang : jika terdapat oklusi 1/3 sampai dengan ½ diameter lumen uretra.
3. Berat : jika terdapat oklusi lebih besar dari ½ diameter lumen uretra, kadang kala teraba jaringan keras di korpus spongiosum yang dikenal dengan spongiofibrosis.

F.  MANIFESTASI KLINIS
Pasien datang dengan kesulitan miksi, antara lain : miksi harus mengedan (keluhan palong sering), pancaran miksi kecil dan deras, bercabang atau kadang-kadang menyebar (spraying) disuria, frekuensi dan akhirnya menimbulkan retensi urine.
Kadang pasien mengeluh adanya abses dari skrotum atau timbulnya fistel uretrokutan.
Pada pemeriksaan penis dan uretra di perhatikan kemungkinan adanya meatus uretra yang sempit, teraba fibrosis pada korpus spongiosum, adanya abses periuretra yang mengeluarkan urine, teraba buli-buli yang terisi penuh, jika dilakukan kateterisasi dengan ukuran Ch 16 tidak dapat masuk.
Infeksi prostat, seperti prostatitis akut, kronik atau prostatitis non bakterial, Infeksi epididimis, seperti epididimitis akut atau kronik , Infeksi vesica urinaria, seperti infeksi traktus urinarius.

G.  PEMERIKSAAN RADIOLOGIS
Pemeriksaan radiologis yang umum dilakukan ialah uretrografi atau urethrocystography retrograd dan MCU.

I. Urethrocystography
Pemeriksaan urethrocystography ini diindikasikan setelah terjadi  trauma, bila  terdapat darah dalam urin serta dicurigai terjadi fraktur pelvis.  Pemeriksaan  tidak dilakukan bila terdapat infeksi uretra yang akut.
Pada urethrocystography bahan kontras dimasukkan dengan semprit  yang ujungnya sesuai dengan meatus uretra eksterna, diisi sampai kontras  masuk ke vesica urinaria.
Selain itu, pemeriksaan juga dapat dilakukan dengan cara  menggunakan klem atau dengan cara memasukkan kateter kecil ke distal  penis.
Pemeriksaan dengan cara memasukkan kateter, sebelumnya harus  memasukkan anestetik lokal ke dalam uretra, dan setelah beberapa menit  kateter Foley dimasukkan sampai balonnya terletak lebih kurang 1 cm dari  lubang uretra. Kontras dimasukkan setelah balon dikembangkan.
Foto diambil pada waktu pengisian kontras dengan posisi antero- posterior,  oblik kanan dan kiri. Oleh karena itu, si pemeriksa harus  memakai apron dan sarung tangan Pb.
Pada gambaran urethrocystography, striktur uretra menyebabkan dilatasi  uretra bagian distal dari obstruksi. Biasanya juga terlihat ekstravasasi kontras.

II. Micturating Cystourethrography
Pemeriksaan radiografi vesica urinaria dan uretra setelah pengisian  medium  kontras dan selama miksi. Vesica urinaria diisi melalui kateter  (alternatif lain  melalui pungsi vesica suprapubik) dengan medium  kontras yang dapat larut  dalam air dan telah dihangatkan sesuai dengan  suhu tubuh sebanyak 150 ;V 200 ml.
Vesica urinaria perlu diperiksa dari posisi anterior, lateral dan oblik  untuk menemukan adanya fistula, divertikel atau ruptur.
Pemasukan medium kontras diatur dengan fluoroskopi intermitten.
Pada orang dewasa, vesica urinaria diisi dari botol yang diangkat setinggi  1 m di atas meja pemeriksaan dan pengisian dilanjutkan sampai penderita  merasakan keinginan kuat untuk miksi. Jika mungkin, posisi miksi pada  pasien pria yang paling mudah adalah posisi berdiri. Pasien wanita dapat  duduk. Pengambilan foto radiografi selama miksi termasuk posisi oblik  ureter distal, vesica urinaria dan uretra.
Selama micturating cystourethrography, uretra posterior terlihat  dilatasi.  Kadang tidak terlihat, tetapi karakteristik uretra posterior  adalah gambaran  suatu balon.



H.  DIAGNOSIS
Diagnosis pertama kali ditegakkan ketika pemasangan kateter melalui uretra tidak dapat dilakukan. Striktur dapat juga dicurigai berdasarkan gejala dan riwayat medik seseorang.
Diagnosis pasti dibuat dengan pemeriksaan yang dikenal dengan uretrografi retrograde atau urethrocystography.
Diagnosis pasti pada wanita adalah dengan bougie a boule, dengan tanda khas berupa hambatan pada waktu lepas.

Diagnosa Banding
Ruptura Uretra
Gambaran ekstravasasi kontras.

I.  KOMPLIKASI
1.  Hiperplasi prostat benigna.
2.  Sklerosis leher buli-buli.
3.  Batu Uretra.
4.  Tumor Uretra.
5.  Cedera Uretra.
6. Infeksi traktus urinarius
7. Fistula uretrokutan
8.  Striktur uretra rekuren.

J.  PENATALAKSANAAN
Jika pasien datang karena retensi urine, secepatnya dilakukan sistomi suprapubik untuk mengeluarkan urine. Jika dijumpasi abses periuretra dilakukan insisi dan pemberian antibiotik.
Tindakan khusus yang dilakukan terhadap striktur uretra adalah :
Businasi (dilatasi)
Dengan Busi logam yang dilakukan secara hati-hati oleh seorang ahli.
Uretromi Interna
Memotong jaringan sikatrik uretra dengan pisau otis atau pisau sachse.


Uretrotomi Exsterna
Operasi terbuka berupa pemotongan jaringan fibrosis kemudian dilakukan  anestomis diantara jaringan uretra yang masih baik.

K.  PENCEGAHAN
Tindakan pencegahan yang paling penting adalah berhati-hati terutama dalam pemasangan kateter.
































REFERENSI


STRIKTUR URETRA.  http://infomedika.t35.com/artikel_arsip/artikel_15.php


GINJAL DAN SALURAN KEMIH.  http://www.medicastore.com/cybermed/detail_pyk.php?idktg=9&iddtl=709

FKUI. (2000). Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Media Aesculapius : Jakarta.

Purnomo, Basuki, B. (2000). Dasar-Dasar Urologi. Jakarta : CV. Agung  Seto

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Photobucket